Sunday, November 27, 2016

perkembangan kehidupan masyarakat pada zaman pra-aksara”
zaman pra-aksara adalah zaman di mana manusia belum mengenal tulisan. dan kehidupan manusia seiring dengan perjalanan waktu selalu mengalami perubahan. demikian pula dengan kehidupan manusia purba di indonesia pada zaman pra-aksara. berikut ini akan di jelaskan perkembangan kehidupan pada masa pra-aksa.
a.    masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan
pada masa kehidupan masyarakat masih berburu dan meramu, keadaan bumi masih dalam keadaan labil. permukaan bumi masih berubah-ubah bentuknya, dan keadaan seperti sekarang ini berlangsung selama kurang lebih 600.000 tahun yang lalu.
perkembangan kebudayaan pada masa ini sangat lambat, karena manusia yang hidup sangat bergantung pada alam. makanan di peroleh dengan cara berburu, mengumpulkan umbi-umbian dan menangkap ikan. mereka hidup dalam berkelompok-kelompok kecil, hal ini untuk memudahkan langkah dan gerak mereka dalam mengikuti binatang buruan ataupun mengumpulkan makanan. guna memenuhi kebutuhan hidup, mereka menggunakan apa saja yang tersedia disekitar mereka, tanpa diolah lebih lanjut (food gathering) dengan sistem hidup bepindah – pindah  (nomaden).
kebutuhan akan tempat tinggal dipenuhi dengan cara membuat tempat berlindung dari daun – daunan dan selanjutnya mereka menghuni gua – gua atau tempat yang dekat dengan sumber air atau sungai yang terdapat sumber makanan. mereka ini belum mengenal kepercayaan, seni dan bahasa. selain itu pada masa ini mereka sudah mampu membuat alat – alat tetapi bentuknya masih sangat sederhana dan masih sangat kasar, alat ini digunakan untuk berburu dan bertahan dari serangan musuh. alat abtu yang dihasikan pada masa ini berciri paleolithikum contohnya alat – alat serpih, kapak genggam, dan kapak perimbas.
b.   masyarakat berburu dan meramu tingkat lanjut
pada masa ini diperkirakan berlangsung sampai zaman pleistosen akhir dimana kehidupan mereka masih bergantung pada alam, meskipun sebagian manusia purba ini mulai tinggal disuatu tempat seperti gua, dimana gua tersebut gua tersebut mempunyai ceruk yang dalam untuk menghindarkan diri dari binatang buas. ceruk ini disebut  abris sous roche. selain itu mereka juga tinggal di tepi pantai yang banyak ditemukan tumpukan kulit kerang (sampah dapur / kjokkenmoddinger). mereka ini hidupnya berkelompok berkisar 20-50 orang.
karena tidak lagi berpindah tempat maka mereka memiliki waktu luang untuk melakukan hal lain seperti melukis di dinding gua yang mereka tinggali seperti lukisan telapak tangan, ataupun gambar – gambar yang mereka dianggap suci.
pada saat ini mereka telah menemukan api yang berguna untuk mereka bertahan dari udara dingin selain itu untuk memasak hasil buruan. alat – alat yang mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari seprti kapak sumatra dan alat – alat dari tulang.
c.    masa bercocok tanam/bertani.
pada masa ini manusia hidup berkelompok antara 50-100  orang, dimana mereka tidak lagi bergantung pada alam mereka telah mampu mengelola bahan yang disediakan oleh alam, dimana kebutuhan mereka di penuhi dengan cara berlandang atau bertenak, sebelumnya mereka terlebih dahulu membabat hutan dan semak belukar untuk ditanami umbi – umbian, keladi, dan lain – lain, selain itu mereka juga berternak ayam, kerbau, babi, serta memelihara anjing. meskipun telah bercocok tanam perburuan binatang masih tetap dilakukan.
mereka telah menetap di perkampugan dengan membuat rumah panggung, tujuannya untuk menghindari banjir dan serangan binatang buas. pada saat ini juga mereka telah mengenal sistem kerja yaitu bergotong royong selain itu pembagian tugas dimana laki – laki bertugas untuk berladang dan mencari hewan buruan, sedangkan perempuan menjaga anak – anak mereka dan mencari bahan makanan disekitar rumah. mereka juga telah memiliki kepala adat atu kepala suku yang mana dipilih berdasarkan kriteria seperti mempunyai kharisma yang kuat dan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat. alat – alat yang dihasilkan pada masa ini pengerjaannya sudah dihaluskan seperti kapak lonjong, kerajinan gerabah, dan manik – manik. pada masa ini juga mereka telah mengenal kepercayaan terhadap roh nenek moyang dan benda-benda gaib (aninisme dan dinanisme), dan penguburan masih sangat sederhana.
masa perundagian
 masa perundagian merupakan masa akhir prasejarah di indonesia. menurut r.p. soejono, kata perundagian berasal dari bahasa bali: undagi, yang artinya adalah seseorang atau sekelompok orang atau segolongan orang yang mempunyai kepandaian atau keterampilan jenis usaha tertentu, misalnya pembuatan gerabah, perhiasan kayu, sampan, dan batu (nugroho notosusanto, et.al, 2007). manusia praaksara yang hidup pada masa perundagian adalah ras australomelanesoid dan mongoloid. pada masa perundagian, manusia hidup di desa-desa, di daerah pegunungan, dataran rendah, dan di tepi pantai dalam tata kehidupan yang makin teratur dan terpimpin. kehidupan masyarakat pada masa perundagian ditandai dengan dikenalnya pengolahan logam. alat-alat yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari sudah banyak yang terbuat dari logam. adanya alat-alat dari logam tidak serta merta menghilangkan penggunaan alat-alat dari batu. masyarakat masa perundagian masih menggunakan alat-alat yang terbuat dari batu. penggunaan bahan logam tidak tersebar luas sebagaimana halnya penggunaan bahan batu. kondisi ini disebabkan persediaan logam masih sangat terbatas. dengan keterbatasan ini, hanya orang-orang tertentu saja yang memiliki keahlian untuk mengolah logam. pada masa perundagian, perkampungan sudah lebih besar karena adanya hamparan lahan pertanian. perkampungan yang terbentuk lebih teratur dari sebelumnya. setiap kampung memiliki pemimpin yang disegani oleh masyarakat.pada masa ini, sudah ada pembagian kerja yang jelas disesuaikan dengan keahlian masing-masing. masyarakat tersusun menjadi kelompok majemuk, seperti kelompok petani, pedagang, maupun perajin. masyarakat juga telah membentuk aturan adat istiadat yang dilakukan secara turun-temurun. hubungan dengan daerah-daerah di   sekitar Kepulauan Nusantara mulai terjalin. Peninggalan masa perundagian menunjukkan kekayaan dan keanekaragaman budaya. Berbagai bentuk benda seni, peralatan hidup, dan upacara menunjukkan kepada kita bahwa kehidupan masyarakat masa itu sudah memiliki kebudayaan yang tinggi.

BIDANG KEHIDUPAN
MASA PRAAKSARA
MASA HINDU-BUDHA
MASA ISLAM
keagamaan
Kepercayaan masyarakat saat itu adalah animisme dan dinamisme
Masyarakat Indonesia secara berangsur-Angsur memeluk Agama Hindu dan Buddha
Masyarakat Indonesia secara berangsur- Angsur memeluk Agama Islam
politik
Dalam kehidupan berkelompok biasanya ada seorang pemimpin didalamnya
Sistem pemerintahan kerajaan dikenalkan Oleh orang-orang India. Dalam sistem ini, kelompok-kelompok kecil masyarakat bersatu dengan kepemilikan wilayah yang luas. Kepala suku yang terbaik dan terkuat berhak atas Tampuk kekuasaan kerajaan. Kemudian, pemimpin ditentukan secara turun-temurun berdasarkan hak waris sesuai dengan Peraturan hukum kasta
Sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar sultan atau sunan seperti halnya para wali. Jika rajanya meninggal, tidak dimakamkan di candi tetapi dimakamkan secara Islam
sosial
Hidup berkelompok kelompok dimana proses sosialisasi hanya terjadi intern dalam kelompok masing masing

masyarakat Indonesia mengenal aturan kasta, yaitu: Kasta Brahmana (kaum pendeta dan para sarjana), Kasta Ksatria (para prajurit, pejabat dan bangsawan), Kasta Waisya (pedagang petani, pemilik tanah dan prajurit). Kasta Sudra (rakyat jelata dan pekerja kasar). Namun, unsur budaya Indonesia lama masih tampak dominan dalam semua lapisan Masyarakat
Aturan kasta mulai pudar di masyarakat
pendidikan
Belum mengenal sistim pendidikan dan segala pengetahuan yang diperoleh masih berasal dari pengalaman hidup di alam bebas
Lembaga-lembaga pendidikan semacam asrama merupakan salah satu bukti pengaruh dari kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia. Lembaga pendidikan tersebut mempelajari satu bidang saja, yaitu keagamaan.
Pendidikan Islam berkembang di pesantren - pesanten Islam. sebenarnya, pesantren telah berkembang sebelum Islam masuk ke Indonesia. Pesantren saat itu menjadi tempat pendidikan dan pengajaran agama Hindu. Setelah Islam masuk, mata pelajaran dan proses pendidikan pesantren berubah menjadi pendidikan Islam
sastra dan bahasa
Belum ada karya sastra yang dihasilkan
Pengaruh Hindu-Buddha pada bahasa adalah dikenal dan digunakannya bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa oleh masyarakat Indonesia. Hasil sastra berupa kitab  –kitab yang ditulis oleh Mpu Tantular, Mpu prapanca dan lainnya
Kosakata bahasa Arab baik lisan maupn tulisan mulai banyak digunakan. Hasil karya sastra berupa hikayat, babad, suluk dan syair.
Arsitektur dan Kesenian
Masyarakat praaksara telah mendirikan bangunan bangunan yang terbuat dari batu, diantaranya : Menhir, dolmen, sarkofagus, punden berundak dan waruga
Punden berundak merupakan salah satu arsitektur Zaman Megalitikum. Arsitektur tersebut berpadu dengan budaya India yang mengilhami pembuatan bangunan candi yang disertai patung induk berupa arca.
Islam telah memperkenalkan tradisi baru dalam teknologi arsitektur seperti masjid dan istana. Juga diperkenalkan dengan seni kaligrafi






tahapan perkembangan kehidupan masyarakat pra sejarah di indonesia

1. pola kehidupan nomaden
 nomaden artinya berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. kehidupan masyarakat pra aksara sangat bergantung kepada alam. bahkan, kehidupan mereka tak ubahnya seperti kelompok hewan karena bergantung pada apa yang disediakan alam. apa yang mereka makan adalah bahan makanan apa yang disediakan alam. buah-buahan, umbi-umbian, atau dedaunan yang mereka makan tinggal memetik dari pepohonan atau menggali dari tanah. mereka tidak pernah menanam atau mengolah pertanian. berdasarkan pola kehidupan nomaden tersebut, maka masa kehidupan
masyarakat pra aksara sering disebut sebagai ‘masa mengumpulkan bahan makanan dan berburu’. jika bahan makanan yang akan diku
mpulkan telah habis, mereka kemudian berpindah ke tempat lain yang banyak menyediakan bahan makanan. di samping itu, tujuan perpindahan mereka adalah untuk menangkap binatang buruannya. pada masa nomaden, masyarakat pra aksara telah mengenal kehidupan berkelompok. jumlah anggota dari setiap kelompok sekitar 10-15 orang. bahkan, untuk mempermudah hidup dan kehidupannya, mereka telah mampu membuat alat-alat perlengkapan dari batu dan kayu, meskipun bentuknya masih sangat kasar dan sederhana.

ciri-ciri kehidupan masyarakat nomaden adalah sebagai berikut:
• selalu berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain,
• sangat bergantung pada alam,
• belum mengolah bahan makanan,
• hidup dari hasil mengumpulkan bahan makanan dan berburu,
• belum memiliki tempat tinggal
 yang tetap,
• peralatan hidup masih sangat sederhana dan terbuat dari batu atau kayu.

2. pola kehidupan semi nomaden
 terbatasnya, kemampuan alam untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat menuntut setiap manusia untuk merubah pola kehidupannya. oleh karena itu, masyarakat pra aksara mulai merubah pola hidup secara nomaden menjadi semi nomaden. kehidupan semi nomaden adalah pola kehidupan yang berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain, tetapi sudah disertai dengan kehidupan menetap sementara. hal ini berkaitan dengan kenyataan bahwa mereka sudah mulai mengenal cara-cara mengolah bahan makanan. pola kehidupan semi nomaden ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
• mereka masih berpindah
-pindah dari satu tempat ke tempat lain;
• mereka masih bergantung pada alam;
• mereka mulai mengenal cara
-cara mengolah bahan makanan;
• mereka telah memiliki tempat tinggal sementara;
• di samping mengumpulkan bahan makanan dan berburu, mereka mulai menanam berbagai jenis tanaman;
• sebelum meninggalkan suatu tempat untuk berpindah ke tempat lain, mereka terlebih dahulu menanam berbagai jenis tanaman dan mereka akan kembali ke tempat itu, ketika musin panen tiba;
• peralatan hidup mereka sudah lebih baik dibandingkan dengan peralatan hidup
masyarakat nomaden;
• disamping terbuat dari batu dan kayu, peralatan itu juga terbuat dari tulang sehingga lebih tajam.
3. pola kehidupan menetap
 pola kehidupan menetap memiliki beberapa keuntungan atau kelebihan, di antaranya:
• setiap keluarga dapat membangunan tempat tinggal yang lebih baik untuk waktu yang lebih lama;
• setiap orang dapat menghemat tenaga karena tidak harus membawa peralatan
hidup dari satu tempat ke tempat lain;
• para wanita dan anak-anak dapat tinggal lebih lama di rumah dan tidak akan merepotkan;
• wanita dan anak-anak sangat merepotkan, apabila mereka harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain;
• mereka dapat menyimpan sisa-sisa makanan dengan lebih baik dan aman;
• mereka dapat memelihara ternak sehingga mempermudah pemenuhan kebutuhan, terutama apabila cuaca sedang tidak baik;
• mereka memiliki waktu yang lebih banyak untuk berkumpul dengan keluarga, sekaligus menghasilkan kebudayaan yang bermanfaat bagi hidup dan kehidupannya;
•  mereka mulai mengenal sistem astronomi untuk kepentingan bercocok tanam;
• mereka mulai mengenal sistem kepercayaan. dilihat dari aspek geografis, masyarakat pra aksara cenderung untuk hidup di daerah lembah atau sekitar sungai dari pada di daerah pegunungan. kecenderungan itu didasarkan pada beberapa kenyataan, seperti:
• memiliki struktur tanah yang lebih subur dan sangat menguntungkan bagi kepentingan bercocok tanam;
• memiliki sumber air yang baik sebagai salah satu kebutuhan hidup manusia;
• lebih mudah dijangkau dan memiliki akses ke daerah lain yang lebih mudah;


1 comment:

  1. Top 10 BEST Poker Sites - DRMCD
    Discover the best online 세종특별자치 출장샵 casinos to play real money poker with This is the ultimate guide for playing real money poker 하남 출장샵 online! Find the 안양 출장샵 best poker sites with 전라북도 출장마사지 low deposits. 대전광역 출장마사지

    ReplyDelete