“perkembangan kehidupan masyarakat pada zaman
pra-aksara”
zaman
pra-aksara adalah zaman di mana manusia belum mengenal tulisan. dan kehidupan
manusia seiring dengan perjalanan waktu selalu mengalami perubahan. demikian
pula dengan kehidupan manusia purba di indonesia pada zaman pra-aksara. berikut
ini akan di jelaskan perkembangan kehidupan pada masa pra-aksa.
a.
masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan
pada
masa kehidupan masyarakat masih berburu dan meramu, keadaan bumi masih dalam
keadaan labil. permukaan bumi masih berubah-ubah bentuknya, dan keadaan seperti
sekarang ini berlangsung selama kurang lebih 600.000 tahun yang lalu.
perkembangan
kebudayaan pada masa ini sangat lambat, karena manusia yang hidup sangat
bergantung pada alam. makanan di peroleh dengan cara berburu, mengumpulkan
umbi-umbian dan menangkap ikan. mereka hidup dalam berkelompok-kelompok kecil,
hal ini untuk memudahkan langkah dan gerak mereka dalam mengikuti binatang
buruan ataupun mengumpulkan makanan. guna memenuhi kebutuhan hidup, mereka
menggunakan apa saja yang tersedia disekitar mereka, tanpa diolah lebih lanjut
(food gathering) dengan sistem hidup bepindah – pindah (nomaden).
kebutuhan
akan tempat tinggal dipenuhi dengan cara membuat tempat berlindung dari daun –
daunan dan selanjutnya mereka menghuni gua – gua atau tempat yang dekat dengan
sumber air atau sungai yang terdapat sumber makanan. mereka ini belum mengenal
kepercayaan, seni dan bahasa. selain itu pada masa ini mereka sudah mampu
membuat alat – alat tetapi bentuknya masih sangat sederhana dan masih sangat
kasar, alat ini digunakan untuk berburu dan bertahan dari serangan musuh. alat
abtu yang dihasikan pada masa ini berciri paleolithikum contohnya alat – alat
serpih, kapak genggam, dan kapak perimbas.
b.
masyarakat berburu dan meramu tingkat lanjut
pada
masa ini diperkirakan berlangsung sampai zaman pleistosen akhir dimana
kehidupan mereka masih bergantung pada alam, meskipun sebagian manusia purba
ini mulai tinggal disuatu tempat seperti gua, dimana gua tersebut gua tersebut
mempunyai ceruk yang dalam untuk menghindarkan diri dari binatang buas. ceruk
ini disebut abris sous roche. selain itu
mereka juga tinggal di tepi pantai yang banyak ditemukan tumpukan kulit kerang
(sampah dapur / kjokkenmoddinger). mereka ini hidupnya berkelompok berkisar
20-50 orang.
karena
tidak lagi berpindah tempat maka mereka memiliki waktu luang untuk melakukan
hal lain seperti melukis di dinding gua yang mereka tinggali seperti lukisan
telapak tangan, ataupun gambar – gambar yang mereka dianggap suci.
pada
saat ini mereka telah menemukan api yang berguna untuk mereka bertahan dari
udara dingin selain itu untuk memasak hasil buruan. alat – alat yang mereka
gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari seprti kapak sumatra dan alat –
alat dari tulang.
c.
masa bercocok tanam/bertani.
pada
masa ini manusia hidup berkelompok antara 50-100 orang, dimana mereka tidak lagi bergantung
pada alam mereka telah mampu mengelola bahan yang disediakan oleh alam, dimana
kebutuhan mereka di penuhi dengan cara berlandang atau bertenak, sebelumnya
mereka terlebih dahulu membabat hutan dan semak belukar untuk ditanami umbi –
umbian, keladi, dan lain – lain, selain itu mereka juga berternak ayam, kerbau,
babi, serta memelihara anjing. meskipun telah bercocok tanam perburuan binatang
masih tetap dilakukan.
mereka
telah menetap di perkampugan dengan membuat rumah panggung, tujuannya untuk
menghindari banjir dan serangan binatang buas. pada saat ini juga mereka telah
mengenal sistem kerja yaitu bergotong royong selain itu pembagian tugas dimana
laki – laki bertugas untuk berladang dan mencari hewan buruan, sedangkan
perempuan menjaga anak – anak mereka dan mencari bahan makanan disekitar rumah.
mereka juga telah memiliki kepala adat atu kepala suku yang mana dipilih
berdasarkan kriteria seperti mempunyai kharisma yang kuat dan bisa memenuhi
kebutuhan masyarakat. alat – alat yang dihasilkan pada masa ini pengerjaannya
sudah dihaluskan seperti kapak lonjong, kerajinan gerabah, dan manik – manik.
pada masa ini juga mereka telah mengenal kepercayaan terhadap roh nenek moyang
dan benda-benda gaib (aninisme dan dinanisme), dan penguburan masih sangat
sederhana.
masa
perundagian
masa perundagian merupakan
masa akhir prasejarah di indonesia. menurut r.p. soejono, kata perundagian
berasal dari bahasa bali: undagi, yang artinya adalah seseorang atau sekelompok
orang atau segolongan orang yang mempunyai kepandaian atau keterampilan jenis
usaha tertentu, misalnya pembuatan gerabah, perhiasan kayu, sampan, dan batu
(nugroho notosusanto, et.al, 2007). manusia praaksara yang hidup pada masa
perundagian adalah ras australomelanesoid dan mongoloid. pada masa perundagian,
manusia hidup di desa-desa, di daerah pegunungan, dataran rendah, dan di tepi
pantai dalam tata kehidupan yang makin teratur dan terpimpin. kehidupan
masyarakat pada masa perundagian ditandai dengan dikenalnya pengolahan logam.
alat-alat yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari sudah banyak yang terbuat
dari logam. adanya alat-alat dari logam tidak serta merta menghilangkan
penggunaan alat-alat dari batu. masyarakat masa perundagian masih menggunakan
alat-alat yang terbuat dari batu. penggunaan bahan logam tidak tersebar luas
sebagaimana halnya penggunaan bahan batu. kondisi ini disebabkan persediaan
logam masih sangat terbatas. dengan keterbatasan ini, hanya orang-orang
tertentu saja yang memiliki keahlian untuk mengolah logam. pada masa
perundagian, perkampungan sudah lebih besar karena adanya hamparan lahan
pertanian. perkampungan yang terbentuk lebih teratur dari sebelumnya. setiap
kampung memiliki pemimpin yang disegani oleh masyarakat.pada masa ini, sudah
ada pembagian kerja yang jelas disesuaikan dengan keahlian masing-masing.
masyarakat tersusun menjadi kelompok majemuk, seperti kelompok petani, pedagang,
maupun perajin. masyarakat juga telah membentuk aturan adat istiadat yang
dilakukan secara turun-temurun. hubungan dengan daerah-daerah di sekitar
Kepulauan Nusantara mulai terjalin. Peninggalan masa perundagian menunjukkan
kekayaan dan keanekaragaman budaya. Berbagai bentuk benda seni, peralatan
hidup, dan upacara menunjukkan kepada kita bahwa kehidupan masyarakat masa itu
sudah memiliki kebudayaan yang tinggi.
BIDANG KEHIDUPAN
|
MASA PRAAKSARA
|
MASA HINDU-BUDHA
|
MASA ISLAM
|
keagamaan
|
Kepercayaan masyarakat saat itu adalah animisme dan
dinamisme
|
Masyarakat Indonesia secara berangsur-Angsur memeluk
Agama Hindu dan Buddha
|
Masyarakat Indonesia secara berangsur- Angsur memeluk
Agama Islam
|
politik
|
Dalam kehidupan berkelompok
biasanya ada seorang pemimpin didalamnya
|
Sistem pemerintahan kerajaan dikenalkan Oleh
orang-orang India. Dalam sistem ini, kelompok-kelompok kecil masyarakat
bersatu dengan kepemilikan wilayah yang luas. Kepala suku yang terbaik dan
terkuat berhak atas Tampuk kekuasaan kerajaan. Kemudian, pemimpin ditentukan
secara turun-temurun berdasarkan hak waris sesuai dengan Peraturan hukum
kasta
|
Sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar
sultan atau sunan seperti halnya para wali. Jika rajanya meninggal, tidak dimakamkan di
candi tetapi dimakamkan secara Islam
|
sosial
|
Hidup
berkelompok –kelompok dimana proses sosialisasi hanya terjadi intern dalam kelompok masing – masing
|
masyarakat Indonesia mengenal aturan kasta, yaitu:
Kasta Brahmana (kaum pendeta dan para sarjana), Kasta Ksatria (para prajurit,
pejabat dan bangsawan), Kasta Waisya (pedagang petani, pemilik tanah dan
prajurit). Kasta Sudra (rakyat jelata dan pekerja kasar). Namun, unsur budaya
Indonesia lama masih tampak dominan dalam semua lapisan Masyarakat
|
Aturan
kasta mulai pudar di masyarakat
|
pendidikan
|
Belum mengenal sistim pendidikan dan
segala pengetahuan yang diperoleh masih berasal dari pengalaman hidup di alam
bebas
|
Lembaga-lembaga pendidikan semacam asrama merupakan
salah satu bukti pengaruh dari kebudayaan Hindu-Buddha di
Indonesia. Lembaga pendidikan tersebut mempelajari satu bidang saja, yaitu
keagamaan.
|
Pendidikan Islam berkembang di pesantren - pesanten
Islam. sebenarnya, pesantren telah berkembang sebelum Islam masuk ke
Indonesia. Pesantren saat itu menjadi tempat pendidikan dan pengajaran agama
Hindu. Setelah Islam masuk, mata pelajaran dan proses pendidikan pesantren
berubah menjadi pendidikan Islam
|
sastra dan bahasa
|
Belum ada karya sastra yang dihasilkan
|
Pengaruh
Hindu-Buddha pada bahasa adalah dikenal dan digunakannya bahasa Sanskerta dan
huruf Pallawa oleh masyarakat Indonesia. Hasil sastra berupa kitab –kitab
yang ditulis oleh Mpu Tantular, Mpu prapanca dan lainnya
|
Kosakata bahasa Arab baik lisan maupn tulisan mulai
banyak digunakan. Hasil karya sastra berupa hikayat, babad, suluk dan syair.
|
Arsitektur
dan Kesenian
|
Masyarakat
praaksara telah mendirikan bangunan –bangunan yang terbuat
dari batu, diantaranya : Menhir, dolmen, sarkofagus, punden berundak dan
waruga
|
Punden berundak merupakan salah satu arsitektur Zaman Megalitikum. Arsitektur tersebut berpadu dengan budaya India yang mengilhami pembuatan
bangunan candi yang disertai patung induk berupa arca.
|
Islam
telah memperkenalkan tradisi baru dalam
teknologi arsitektur seperti masjid dan
istana. Juga diperkenalkan dengan seni kaligrafi
|
tahapan perkembangan
kehidupan masyarakat pra sejarah di indonesia
1.
pola kehidupan nomaden
nomaden
artinya berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. kehidupan
masyarakat pra aksara sangat bergantung kepada alam. bahkan, kehidupan mereka
tak ubahnya seperti kelompok hewan karena bergantung pada apa yang disediakan
alam. apa yang mereka makan adalah bahan makanan apa yang disediakan alam.
buah-buahan, umbi-umbian, atau dedaunan yang mereka makan tinggal memetik dari
pepohonan atau menggali dari tanah. mereka tidak pernah menanam atau mengolah
pertanian. berdasarkan pola kehidupan nomaden tersebut, maka masa kehidupan
masyarakat
pra aksara sering disebut sebagai ‘masa mengumpulkan bahan makanan dan
berburu’. jika bahan makanan yang akan diku
mpulkan
telah habis, mereka kemudian berpindah ke tempat lain yang banyak menyediakan
bahan makanan. di samping itu, tujuan perpindahan mereka adalah untuk menangkap
binatang buruannya. pada masa nomaden, masyarakat pra aksara telah mengenal
kehidupan berkelompok. jumlah anggota dari setiap kelompok sekitar 10-15 orang.
bahkan, untuk mempermudah hidup dan kehidupannya, mereka telah mampu membuat
alat-alat perlengkapan dari batu dan kayu, meskipun bentuknya masih sangat
kasar dan sederhana.
ciri-ciri
kehidupan masyarakat nomaden adalah sebagai berikut:
•
selalu berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain,
•
sangat bergantung pada alam,
•
belum mengolah bahan makanan,
•
hidup dari hasil mengumpulkan bahan makanan dan berburu,
•
belum memiliki tempat tinggal
yang
tetap,
•
peralatan hidup masih sangat sederhana dan terbuat dari batu atau kayu.
2.
pola kehidupan semi nomaden
terbatasnya,
kemampuan alam untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat menuntut setiap
manusia untuk merubah pola kehidupannya. oleh karena itu, masyarakat pra aksara
mulai merubah pola hidup secara nomaden menjadi semi nomaden. kehidupan semi
nomaden adalah pola kehidupan yang berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat
yang lain, tetapi sudah disertai dengan kehidupan menetap sementara. hal ini
berkaitan dengan kenyataan bahwa mereka sudah mulai mengenal cara-cara mengolah
bahan makanan. pola kehidupan semi nomaden ditandai dengan ciri-ciri sebagai
berikut:
•
mereka masih berpindah
-pindah
dari satu tempat ke tempat lain;
•
mereka masih bergantung pada alam;
•
mereka mulai mengenal cara
-cara
mengolah bahan makanan;
•
mereka telah memiliki tempat tinggal sementara;
•
di samping mengumpulkan bahan makanan dan berburu, mereka mulai menanam
berbagai jenis tanaman;
•
sebelum meninggalkan suatu tempat untuk berpindah ke tempat lain, mereka
terlebih dahulu menanam berbagai jenis tanaman dan mereka akan kembali ke
tempat itu, ketika musin panen tiba;
•
peralatan hidup mereka sudah lebih baik dibandingkan dengan peralatan hidup
masyarakat
nomaden;
•
disamping terbuat dari batu dan kayu, peralatan itu juga terbuat dari tulang
sehingga lebih tajam.
3.
pola kehidupan menetap
pola
kehidupan menetap memiliki beberapa keuntungan atau kelebihan, di antaranya:
•
setiap keluarga dapat membangunan tempat tinggal yang lebih baik untuk waktu
yang lebih lama;
•
setiap orang dapat menghemat tenaga karena tidak harus membawa peralatan
hidup
dari satu tempat ke tempat lain;
•
para wanita dan anak-anak dapat tinggal lebih lama di rumah dan tidak akan
merepotkan;
•
wanita dan anak-anak sangat merepotkan, apabila mereka harus berpindah dari
satu tempat ke tempat lain;
•
mereka dapat menyimpan sisa-sisa makanan dengan lebih baik dan aman;
•
mereka dapat memelihara ternak sehingga mempermudah pemenuhan kebutuhan,
terutama apabila cuaca sedang tidak baik;
•
mereka memiliki waktu yang lebih banyak untuk berkumpul dengan keluarga,
sekaligus menghasilkan kebudayaan yang bermanfaat bagi hidup dan kehidupannya;
•
mereka mulai mengenal sistem astronomi
untuk kepentingan bercocok tanam;
•
mereka mulai mengenal sistem kepercayaan. dilihat dari aspek geografis,
masyarakat pra aksara cenderung untuk hidup di daerah lembah atau sekitar
sungai dari pada di daerah pegunungan. kecenderungan itu didasarkan pada
beberapa kenyataan, seperti:
•
memiliki struktur tanah yang lebih subur dan sangat menguntungkan bagi
kepentingan bercocok tanam;
•
memiliki sumber air yang baik sebagai salah satu kebutuhan hidup manusia;
•
lebih mudah dijangkau dan memiliki akses ke daerah lain yang lebih mudah;
Top 10 BEST Poker Sites - DRMCD
ReplyDeleteDiscover the best online 세종특별자치 출장샵 casinos to play real money poker with This is the ultimate guide for playing real money poker 하남 출장샵 online! Find the 안양 출장샵 best poker sites with 전라북도 출장마사지 low deposits. 대전광역 출장마사지